ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. A DENGAN POST-OPERASI SINUSITIS
DI RUANG OK RSUD CUT MUTIA ACEH UTARA
DI RUANG OK RSUD CUT MUTIA ACEH UTARA
D
I
S
U
S
U
N
OLEH
KELOMPOK
VIII
PEMERINTAH
KABUPATEN ACEH UTARA
AKADEMI KESEHATAN BIDANG
KEPERAWATAN
TAHUN 2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu
penyakit pada saluran pernapasan atas adalah penyakit sinusitis. Hal ini
disebabkan oleh tersumbatnya aliran lendir dari sinus ke rongga hidung yang
menyebabkan terjadinya sinusitis dan mempunyai proporsi yang tinggi dalam
infeksi saluran pernapasan atas. Namun jika ostium kedalam saluran nasal
bersih, infeksi akan hilang dengan cepat. Namun demikian bila drainase
tersumbat oleh septum yang mengalami penyimpangan atau oleh turbinasi yang
mengalami hipertropi, taji, atau polip, maka sinusitis akan menetap sebagai
pencetus infeksi sekunder atau berkembang menjadi suatu proses supurativa akut
(Smeltzer, 2001).
Menurut
Budisantoso, (2009) sinusitis jika tidak ditangani dengan baik maka akan
mengalami komplikasi seperti infeksi pada otak, infeksi bola mata, infeksi
tulang disekitar sinus, radang tenggorok yang sering kambuh, radang amandel,
radang pita suara, sesak napas, dan gangguan pencernaan. Hal demikian akan
berefek pada produktivitas penderita, kecacatan dan juga memerlukan biaya yang
besar.
Rinosinusitis
atau lebih populer dengan nama sinusitis mempunyai prevalensi yang meningkat di
era millenium dan menjadi masalah kesehatan penting di hampir semua negara.
Sinusitis paling sering dijumpai dan termasuk 10 penyakit termahal karena
membutuhkan biaya pengobatan cukup besar.
Sementara dari 30 juta penduduk dewasa di Amerika Serikat, 16 %
diantaranya didapati menderita sinusitis akut bakterial pertahun dan 14,7 %
menderita sinusitis kronik. Prevaklensi sinusitis akut di Indonesia cukup
tinggi dan cenderung meningkat. Hasil penelitian tahun 1998 dari sub bagian
Rinologi Departemen THT FKUI-RSCM, dari 496 pasien rawat jalan ditemukan 50
persen penderita sinusitis kronik. Pada tahun 2004, penelitian yang dilakukan
bagian THT FKUI-RSCM bekerja sama dengan ilmu kesehatan anak, menjumpai
prevalensi sinusitis akut pada penderita infeksi (Supriatno, 2009)
B. Tujuan Penulisan
- Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran dan
pengalaman nyata dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan post
operasi sinusitis melalui proses keperawatan yang komprehensif dalam bentuk
karya tulis ilmiah..
- Tujuan Khusus
a. Dapat melaksanakan pengkajian keperawatan
secara konfrehensif pada pasien Tn. A dengan post operasi
sinusitis di Ruang OK RSUD Cut Meutia Aceh Utara.
b. Dapat merumuskan diagnosa keperawatan pada
pasien Tn.A dengan post operasi sinusitis di Ruang OK RSUD Cut Meutia Aceh Utara.
c. Dapat menyusun perencanaan keperawatan
pada pasien Tn.A dengan post operasi sinusitis di Ruang OK RSUD Cut Meutia Aceh Utara.
d. Dapat melaksanakan tindakan keperawatan
pada pasien Tn.A dengan post operasi sinusitis di Ruang
Bedah OK Cut Meutia Aceh Utara.
e. Dapat mengevaluasi keberhasilan tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan pada pasien Tn.A dengan post operasi
sinusitis di Ruang Bedah OK Cut Meutia Aceh Utara.
f. Dapat mendokumentasikan proses keperawatan
yang telah dilaksanakan.
C. Metode Penulisan.
Penulisan
karya tulis ini dilakukan dengan menggunakan metode penulisan deskriptif (studi
kasus) yaitu suatu metode penulisan dengan mendeskripsikan atau menggambarkan
masalah yang didapatkan pada saat memberikan perawatan, dilakukan dengan cara
:
- Studi kepustakaan : yaitu suatu usaha untuk mencari dan memadukan data, materi, teori dan pendapat-pendapat para ahli yang diperoleh dari buku-buku, majalah, jurnal, diktat dan tulisan yang bersifat ilmiah.
- Studi lapangan : yaitu penulis secara langsung mengamati, mempelajari dan memberikan asuhan keperawatan pada klien Post Operasi Sinusitis dengan teknik pengumpulkan data dengan cara :
a. Wawancara : baik langsung maupun tidak
langsung yang diperoleh dari klien, keluarga dan tim kesehatan.
b. Observasi : pengamatan keadaan dan
perkembangan klien selama perawatan yang dilakukan secara subjektif dan
objektif.
c. Pemeriksaan fisik : melakukan pemeriksaan
dari kepala hingga kaki (head to toe) dengan cara inspeksi, palpasi, auskultasi
dan perkusi.
d.
Dokumentasi
: mempelajari data dari hasil dokumentasi medis perawatan, laporan jaga, hasil
pemeriksaan fisik dan penunjang serta hal-hal lain yang didokumentasikan
tentang pasien.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar
- Pengertian
Sinus merupakan
suatu organ atau ruangan berisi udara dengan dinding yang terdiri dari membran
mukosa.
Menurut Budisanto, (2009) sinusitis adalah
suatu proses peradangan pada mukosa atau selaput lendir sinus paranasal.
Mansjoer, 1999), Sinusitis adalah radang
sinus paranasal. Bila terjadi pada beberapa sinus disebut multisinusitis, yang
paling sering terkena adalah sinus maksila kemudian etmoid, frontal dan
sphenoid.
Sedangkan menurut
Charlene J, (2001) menjelaskan sinusitis adalah sebagai inflamasi/peradangan
pada satu atau lebih dari sinus paranasal.
Jadi dapat
disimpulkan sinusitis adalah suatu penyakit atau kelainan yang menyerang sinus
paranasal.
- Etiologi
Sinusitis dapat disebabkan oleh
virus, bakteri, atau jamur. Menurut (Glukman, 1999), kuman penyebab sinusitis
akut tersering adalah streptococcus pneumoniae dan hemophilus influenza yang
ditemukan pada 70 % kasus.
Dapat pula disebabkan oleh rinitis akut, infeksi faring, seperti faringitis,
adenoiditis, tonsilitis akut, infeksi gigi molar (M1, M2, M3) atas, serta
premolar (P1, P2) berenang, menyelam, trauma, dan barotrauma. Faktor
predisposisi obstruksi mekanik seperti deviasi septum, benda asing dalam
hidung, tumor, atau polip, juga rinitis alergi, rinitis kronik, polusi
lingkungan, udara dingin dan kering.
- Manifestasi Klinis
Berdasarkan manifestasi klinis
menurut Adams (1997 hal 241) sinusitis dapat dibagi dua yaitu :
a.
Sinusitis Akut
1)
Sinus Maksilaris : Gejalanya
berupa demam, malaise, dan nyeri kepala yang tak jelas yang biasanya reda
dengan pemberian analgetik biasa seperti aspirin. Wajah terasa bengkak, penuh
dan gigi terasa nyeri pada gerakan kepala mendadak, dan sering kali terdapat
nyeri pipi khas yang tumpul dan menusuk juga terkadang berbau busuk.
2)
Sinusitis etmoidalis :
Gejalanya berupa nyeri dan nyeri tekan di antara kedua mata dan diatas jembatan
hidung, drainase dan sumbatan hidung.
3)
Sinusitis Frontalis : Gejalanya
berupa nyeri kepala yang khas berlokasi diatas alis dan biasa pada pagi hari
dan memburuk pada tengah hari kemudian perlahan-lahan sampai menjelang malam.
4)
Sinusitis Sfenoidalis :
Gejalanya berupa nyeri kepala yang mengarah ke verteks kranium.
b.
Sinusitis Kronik.
Gejala sinusitis kronik tidak jelas. Selama eksaserbasi
akut, gejala-gejala mirip dengan gejala sinusitis akut namun diluar masa itu
gejala berupa suatu perasaan penuh pada wajah dan hidung, dan hipersekresi yang
sering kali mukopurulen.
- Pemeriksaan Penunjang
Transiluminasi adalah
pemeriksaan termudah, meskipun kebenarannya diragukan. Terutama berguna untuk
evaluasi penyembuhan, dan pada wanita hamil/untuk menghindari bahaya radiasi.
Bermakna bila hanya salah satu sisi sinus sakit, sehingga tampak lebih suram
dibandingkan sisi yang normal. Penilaian dilakukan dengan memberikan tanda
positif (+) untuk sinus maksila dan sinus frontal.
Pemeriksaan foto rongent yang dibuat,
yaitu posisi Waters posteroanterior (PA), dan lateral. Dengan posisi ini maka
sinusitis akan tampak perselubungan atau penebalan mukosa dan gambaran air
fluid level. Dapat dilakukan pemeriksaan kultur kuman dan uji resistensi dari
sekret rongga hidung (Mansjoer, 1999 hal 105).
- Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan sinusitis akut
adalah untuk mengontrol infeksi, memulihkan kondisi mukosa nasal, dan
menghilangkan nyeri. Antibiotik pilihan untuk kondisi ini adalah amoksisilin
dan ampisilin. Alternatif bagi pasien yang alergi terhadap penisilin adalah
trimeptoprim/sulfametoksazol (kekuatan ganda). Dekongestan oral atau topikal
dapat saja diberikan. Irigasi juga efektif untuk membuka sumbatan saluran,
sehingga memungkinkan drainase rabas purulen. Dekongestan oral yang umum adalah
drixoral (Smeltzer, 2001).
Sinusitis akut dapat sembuh spontan
atau dapat sembuh hanya dengan pemberian obat. Sinusitis akut perlu dilakukan
operasi jika penderita sakit berat atau telah terjadi komplikasi atau terjadi
akibat kelainan anatomi.
Sinusitis kronik perlu dilakukan
operasi disamping dengan pemberian obat. Prinsip penanganan sinusitis adalah
disamping penanganan sinusitisnya juga harus dilakukan penanganan terhadap
penyebabnya. Cara operasi paling mutakhir terhadap sinusitis adalah dengan
metode FESS (Functional Endoscopic Sius Surgery) atau BSEF (Bedah Sinus
Endoskopik Fungsional) (Budisantoso, 2009).
B. Asuhan Keperawatan
1.
Pengkajian
Menurut Rusari, (2008)
pengkajian dari sinusitis adalah :
a.
Biodata : Nama ,umur, sex,
alamat, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan.
b.
Riwayat Penyakit sekarang : Gejala : Riwayat bernafas melalui
mulut, kapan, onset, frekwensinya, riwayat pembedahan hidung atau trauma dan
penggunaan obat tetes atau semprot hidung : jenis, jumlah, frekwensinya ,
lamanya. Sekret hidung : warna, jumlah, konsistensi secret, epistaksis, ada
tidaknya krusta/nyeri hidung. Riwayat
Sinusitis : nyeri kepala, lokasi dan beratnya, hubungan sinusitis dengan
musim/ cuaca dan gangguan umum lainnya : kelemahan. Tanda : Demam, drainage, purulen, polip mungkin timbul dan
biasanya terjadi bilateral pada hidung dan sinus yang mengalami radang sampai
Pucat, odema keluar dari hidng atau mukosa sinus, kemerahan dan odema membran
mukosa. Pemeriksaan penunjung : kultur organisme hidung dan tenggorokan,
pemeriksaan rongent sinus
c.
Keluhan utama : biasanya
penderita mengeluh nyeri kepala sinus, malaise, dan nyeri tenggorokan.
d.
Riwayat penyakit dahulu :Pasien
pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung atau trauma, Pernah
mempunyai riwayat penyakit THT, Pernah menderita sakit gigi geraham
e.
Riwayat keluarga : Adakah
penyakit yang diderita oleh anggota keluarga klien yang mungkin ada hubungannya
dengan penyakit klien sekarang.
f.
Riwayat Psikososial :
Intrapersonal yaitu perasaan yang dirasakan klien (cemas/sedih), interpersonal
: hubungan klien dengan orang lain sangat baik.
g.
Pola fungsi kesehatan
1)
Pola persepsi dan tatalaksanaan
hidup sehat : Untuk mengurangi flu biasanya klien menkonsumsi obat tanpa
memperhatikan efek samping.
2)
Pola nutrisi dan metabolisme :
biasanya nafsumakan klien berkurang karena terjadi gangguan pada hidung
3)
Pola istirahat dan tidur :
selama di rumah sakit klien merasa tidak dapat istirahat karena klien sering
pilek
4)
Pola Persepsi dan konsep diri :
klien sering pilek terus menerus dan berbau menyebabkan konsepdiri menurun
5)
Pola sensorik : daya penciuman
klien terganggu karena hidung buntu
akibat pilek terus menerus (baik purulen , serous, mukopurulen).
h.
Pemeriksaan fisik
1)
Status kesehatan umum : keadaan
umum , tanda vital, kesadaran.
2)
Pemeriksaan fisik data fokus
hidung : nyeri tekan pada sinus, rinoskopi (mukosa merah dan bengkak).
2.
Diagnosa Keperawatan
Menurut Rusari (2008) diagnosa yang
timbul adalah :
a. Ketidakefektifan bersihan jalan
nafas berhubungan dengan dengan obstruksi sekunder dari peradangan sinus.
b.
Nyeri berhubungan dengan peradangan pada sinus.
c. Perubahan
pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafus makan menurun
sekunder dari peradangan sinus.
d. Gangguan istirahat tidur
berhubungan dengan hidung buntu, nyeri sekunder peradangan sinus.
e. Cemas berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur tindakan medis (operasi)
3.
Rencana Keperawatan
a.
Ketidakefektifan bersihan jalan
nafas berhubungan dengan dengan obstruksi sekunder peradangan sinus.
Tujuan : Bersihan jalan nafas kembali efektif.
Kriteria Hasil : Jalan napas kembali normal terutama hidung dan klien bernapas tidak
lagi melalui mulut.
Intervensi :
1)
Kaji penumpukkan sekret yang ada.
Rasional : Mengetahui tingkat keparahan dan tindakan selanjutnya.
2)
Kaji pasien untuk posisi semi
fowler, misalnya : Peninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat
tidur.
Rasional : Peninggian
kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernapasan dengan menggunakan gravitasi.
3)
Pertahankan posisi lingkungan
minimum, misalnya debu, asap dan bulu bantal yang berhubungan dengan kondisi
individu.
Rasional : Pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat mentriger episode
akut.
4)
Dorong/bantu latihan nafas
abdomen atau bibir.
Rasional : Memberikan
pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol pernapasan.
b.
Nyeri berhubungan dengan
peradangan pada sinus.
Tujuan : Nyeri berkurang atau
hilang.
Kriteria Hasil : Klien
mengungkapakan nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang, klien tidak
menyeringai kesakitan
Intervensi :
1)
Kaji tingkat nyeri klien dengan
Provokatif, Quality, Region, Severity, Thine.
Rasional :
Mengetahui tingkat nyeri klien dalam menentukan tindakan selanjutnya.
2)
Jelaskan sebab dan akibat nyeri
pada klien serta keluarganya. Rasional : Dengan mengetahui sebab dan
akibat nyeri diharapkan klien berpartisipasi dalam perawatan untuk mengurangi
nyeri.
3)
Ajarkan tehnik relaksasi dan
distraksi.
Rasional : Dengan tehnik distraksi dan relaksasi klien
dapat mempraktekkannya bila mengalami nyeri sehingga nyerinya dapat berkurang.
4)
Observasi tanda tanda vital dan
keluhan klien.
Rasional : Mengetahui keadaan umum dan perkembangan
kondisi klien.
5)
Kolaborasi untuk penggunaan
analgetik.
Rasional : Dapat mengurangi nyeri.
c.
Perubahan pemenuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nafus makan menurun sekunder dari
peradangan sinus.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil : Menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yang tepat.
Menunjukkan perilaku/perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan/atau
mempertahankan berat yang tepat.
Intervensi :
1)
Kaji kebiasaan diet, masukan
makanan saat ini, catat kesulitan makan, evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.
Rasional : Untuk mengetahui tingkat kesulitan klien dan tindakan yang harus
dilakukan.
2)
Auskultasi bunyi usus.
Rasional : Penurunan atau hipoaktif bising usus menunjukkan penurunan
mobilitas gaster dan konstipasi (komplikasi umum) yang berhubungan dengan
pembatasan pemasukkan cairan, pilihan makanan buruk, penurunan aktivitas, dan
hipoksemia.
3)
Beri perawatan oral sering,
buang sekret, berikan wadah khusus untuk sekali pakai dan tisu.
Rasional : Rasa tak enak, bau dan penampilan adalah pencegah utama terhadap
nafsu makan dan dapat membuat mual muntah dengan peningkatan kesulitan nafas.
d.
Gangguan istirahat tidur
berhubungan dengan hiidung buntu, nyeri sekunder peradangan sinus.
Tujuan : Istirahat tidur
kembali normal.
Kriteria Hasil : Menyatakan pemahaman penyebab/faktor resiko individu. Klien dapat tidur 6 sampai 8 jam
setiap hari.
Intervensi :
1)
Kaji kebutuhan tidur klien.
Rasional : Mengetahui permasalahan klien dalam pemenuhan kebutuhan
istirahat tidur.
2)
Ciptakan suasana yang nyaman.
Rasional :
Agar klien dapat tidur dengan tenang
3)
Anjurkan klien bernafas lewat
mulut.
Rasional : Pernafasan tidak terganggu.
4)
Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat.
Rasional : Pernapasan dapat efektif kembali lewat hidung.
e.
Cemas berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan klien tentang penyakit dan prosedur tindakan medis
(operasi).
Tujuan : Cemas klien berkurang.
Kriteria Hasil : Klien akan menggambarkan tingkat kecemasan dan pola kopingnya dan
klien mengetahui dan mengerti tentang penyakit yang dideritanya serta
pengobatannya.
Intervensi :
1)
Kaji tingkat kecemasan klien.
Rasional : menentukan tindakan berikutnya.
2)
Jelaskan atau kuatkan
penjelasan proses penyakit individu.
Rasional :
Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan perbaikan partisipasi pada rencana
pengobatan.
3)
Diskusikan obat pernapasan,
efek samping dan reaksi yang tidak diinginkan.
Rasional : Pasien ini sering mendapat obat pernapasan banyak sekaligus yang
mempunyai efek samping hampir sama dan potensial interaksi obat.
4)
Diskusikan faktor individu yang
meningkat kondisi, misalnya udara terlalu kering, angin, lingkungan dengan suhu
ekstrim, serbuk, asap, sprei aerosol, dan polusi udara.
Rasional :
Faktor lingkungan ini dapat menimbulkan atau meningkatkan iritasi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
1. Data
pasien
Nama : Tn. A
Umur : 15 th
Diagnosa medis : Sinusitis
Tindakan : Operasi
Ruang : Ruang bedah
No. Register : -
Tanggal : 27 Juni 2011
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Siswa
Alamat : Serba Jaman
dr. Operator :dr. Indrawadi
dr. Anastesi :dr, Kurniawan, Sp. An
2. Pengkajian
Klien tiba di ruang operasi dengan : IV ( Infus )
Alergi :
Tidak
Penampilan kulit :
Normal
Kondisi emosi :
Cemas
Jenis anastesi : Umum
Jenis operasi :
Bersih terkontaminasi
Posisi tangan :
Telentang
Catheter :
Tidak
Disinfeksi :
Betadin dan Alkohol
Monitor anastesi :
ya
Mesin anastesi :
ya
Tourniquet :
tidak
Mulai ;
12.00 s/d 12.30 WIB
Cairan :
RL
Tampon :
2 kassa setelah operasi
Masuk RR jam :
13. 45 WIB
Tanda vital : TD :
110/ 70 mmHg
RR :
20 x/menit
Temp :
37 C
Puls : 73 x/menit
Keadaan umum :
Sedang
Kesadaran : Apatis
Pernafasan :
Tidak teratur
Sirkulasi : Merah muda
Tugor kulit :
tidak
Mukosa mulut :
Kering
Extrimitas :
Hangat
Posisi : Telentang
Cairan draiin : Tidak
3. Riwayat
kesehatan
Data Subjektif
a.
Pasien
mengatakan nyeri pada daerah operasi
b.
Pasien
mengatakan susah bernafas melalui hidung
c.
Susah tidur
Data Objektif
a. Ekspresi wajah meringis
b. Jalan nafas tidak efektif
c. Lemah
d. OS sering terbangun
Riwayat penyyakit kelluarga
Klien
mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang mengalami atau menderita penyakit
yang sama dengan klien dan tidak mengalami penyakit keturunan.
B.
Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan pemasangan
tampon hidung terhadap post operasi paradangan sinus.
2. Nyeri berhubungan dengan luka operasi
ditandai dengan klien mengeluh nyeri dihidung, ekspresi wajah meringis, tingkat
skala nyeri 5 (nyeri sedang).
3. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hidung buntu, nyeri
sekunder peradangan sinus.
C. Rencana Asuhan Keperawatan
1.
Ketidakefektifan bersihan jalan
nafas berhubungan dengan pemasangan tampon hidung terhadap post operasi
peradangan sinus.
Tujuan : Bersihan jalan nafas kembali efektif.
Kriteria Hasil : Jalan
napas kembali normal terutama hidung dan klien bernapas tidak lagi melalui
mulut.
Intervensi :
a.
Kaji penumpukkan sekret yang
ada.
Rasional : Mengetahui tingkat keparahan dan tindakan selanjutnya.
b.
Kaji pasien untuk posisi yang
lebih aman, misalnya : Peninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandaran
tempat tidur
Rasional : Peninggian
kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernapasan dengan menggunakan gravitasi.
c.
Pertahankan posisi lingkungan
minimum, misalnya debu, asap dan bulu bantal yang berhubungan dengan kondisi
individu.
Rasional : Pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat mentriger episode
akut.
d.
Dorong/bantu latihan nafas.
Rasional : Memberikan
pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol pernapasan.
2. Nyeri berhubungan dengan luka operasi
ditandai dengan klien mengeluh nyeri dihidung, ekspresi wajah meringis, tingkat
skala nyeri 5 ( nyeri sedang).
Tujuan : Rasa nyeri berkurang.
Kriteria hasil : skala
nyeri 0, bengkak hilang, keadaan umum membaik, ekspresi wajah tenang.
Intervensi :
a. Kaji tingkat nyeri klien dengan Provokatif, Quality, Region,
Severity, Thine.
Rasional : Mengetahui tingkat nyeri klien dalam
menentukan tindakan selanjutnya.
b. Atur posisi yang nyaman.
Rasional : posisi tidur yang menyenangkan akan memberi rasa nyaman pada
pasien.
c. Alihkan perhatian klien terhadap nyeri
dengan mengajak klien mengobrol.
Rasional : Untuk mengurangi
nyeri.
d.
Ajarkan tehnik relaksasi dan
distraksi.
Rasional : Dengan tehnik distraksi dan relaksasi klien
dapat mempraktekkannya bila mengalami nyeri sehingga nyerinya dapat berkurang.
e. Kolaborasi analgetik anti piretik.
Rasional : untuk menghilangkan
rasa nyeri.
3. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hidung buntu, nyeri
sekunder peradangan sinus.
Tujuan : Istirahat tidur
kembali normal.
Kriteria Hasil : Menyatakan pemahaman penyebab/faktor resiko individu. Klien dapat tidur 6 sampai 8 jam
setiap hari.
Intervensi :
a.
Kaji kebutuhan tidur klien.
Rasional : Mengetahui
permasalahan klien dalam pemenuhan kebutuhan istirahat tidur.
b.
Ciptakan suasana yang nyaman.
Rasional : Agar klien dapat tidur dengan tenang.
c.
Anjurkan klien bernafas lewat
mulut.
Rasional : Pernafasan tidak
terganggu.
d.
Kolaborasi dengan tim medis
pemberian obat.
Rasional : Pernapasan dapat efektif kembali lewat hidung
D. Implementasi dan Evaluasi.
Implementasi pada hari pertama pada
tanggal 27 juni 2011 jam 13.00 Wib untuk diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan nafas
berhubungan dengan pemasangan tampon hidung terhadap operasiperadangan sinus
dan tindakan yang dilakukan
adalah mengkaji / memantau frekuensi kedalam dan
kemudahan bernafas, mengatur posisi pasien yang lebih aman, misalnya : Peninggian
kepala tempat tidur, duduk pada sandarang tempat, kolaborasi untuk penggunaan analgetik.
Evaluasi tanggal
27 juni 2011 jam 13.00 Wib
S : Klien
mengatakan sulit bernafas.
O : Sulit
bernafas, adanya sekret, dan pernapasan 20 x/menit.
A : masalah belum teratasi
P : tindakan dilanjutkan
Implementasi pada hari pertama pada
tanggal 27 juni 2011 jam 13.10 Wib untuk diagnosa nyeri berhubungan dengan luka operasi ditandai dengan klien mengeluh nyeri
dihidung, ekspresi wajah meringis, tingkat skala nyeri 5 (nyeri sedang).
tindakan yang dilakukan adalah mengukur tingkat nyeri
klien dengan Provokatif, Quality, Region, Severity, Thine, mengatur posisi yang nyaman dan
mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri dengan mengajak klien mengobrol, kolaborasi untuk penggunaan
obat anti nyeri ( Injeksi Tramadol 1 ampul/8 jam).
Evaluasi tanggal 27 juni
2011 jam 13.10 WIB
S : Pasien
mengatakan nyeri dibagian hidung.
O : Klien mengeluh nyeri dihidung, ekspresi wajah meringis, tingkat skala nyeri
5 (nyeri sedang).
A
: Masalah belum teratasi
P : Tindakan dilanjutkan
Implementasi pada hari pertama pada
tanggal 27 juni 2011 jam 13.30 Wib untuk diagnosa gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hidung
buntu, nyeri sekunder peradangan hidung tindakan yang dilakukan adalah Kaji kebutuhan klien dan ciptakan suasana
yang nyaman.
Evaluasi tanggal 27 juni 2011 jam 13.30 Wib
S
: Pasien mengatakan sulit beristirahat
O
: Keadaan umum lemah, klien sering terbangun.
A
: Masalah belum teratasi
P
: Tindakan dilanjutkan
BAB IV
PENUTUP
Berdasarkan uraian yang penulis kemukakan pada
pendahuluan maka pada akhir tulisan ini penulis akan mengemukakan beberapa
kesimpulan dan saran saran yaitu sebagai berikut :
A. Kesimpulan
1.
Sinusitis adalah suatu proses
peradangan pada mukosa atau selaput lendir sinus paranasal. Penyebab dari sinusitis adalah virus,
bakteri, atau jamur. Kuman penyebab sinusitis akut tersering adalah
streptococcus pneumoniae dan hemophilus influenza.
2.
Diagnosa keperawatan yang
didapatkan pada pasien adalah
a.
Ketidakefektifan bersihan jalan
nafas berhubungan dengan pemasangan tampon hidung terhadap post operasi
paradangan sinus.
b.
Nyeri
berhubungan dengan luka operasi ditandai dengan klien mengeluh nyeri dihidung, ekspresi
wajah meringis, tingkat skala nyeri 5 (nyeri sedang).
c.
Gangguan istirahat tidur
berhubungan dengan hidung buntu, nyeri sekunder peradangan sinus.
3.
Implementasi dapat dikerjakan
dengan baik sesuai dengan harapan dalam perencanaan tanpa ada kendala yang
berarti, ini didukung oleh fasilitas yang mencukupi di Rumah Sakit serta kerja
sama dengan klien dan keluarga.
4.
Hasil evaluasi dilakukan untuk
mengetahui tercapainya pemecahan masalah dan satu tindakan yang telah di
laksanakan. Dilakukan pengkajian ulang terhadap aspek yang terkait masalah
klien. Selama dalam perawatan yang penulis lakukan pada klien post operasi
sinusitis berdasarkan hasil evaluasi maka dapat di simpulkan bahwa semua
masalah dapat teratasi dan juga sebagian teratasi bertahap setiap harinya.
B. Saran- saran
1.
Dalam melakukan asuhan
keperawatan diharapkan perawat harus memandang secara menyeluruh sebagai
mahkluk bio, psiko, sosial.
2.
Dalam melakukan asuhan
keperawatan diharapkan pada pasien agar lebih ikut berpartisipasi dalam proses
tindakan dan penyembuhan penyakit.
3.
Diharapkan kepada instalansi
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cut Meutia untuk melengkapi dan menyempurnakan
sarana (fasilitas) sesuai kebutuhan guna meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
yang handal di Aceh khususnya di Aceh Utara
4.
Bagi pihak institusi
pendidikan, sebaiknya menyediakan buku-buku perpustakaan secara lengkap
khususnya buku-buku yang berhubungan dengan medikal bedah, serta para
dosen-dosen agar lebih meningkatkan kegiatan pembelajaran.
DAFTAR
PUSTAKA
Adams, G.L (1997), Boies
: Buku Ajar Penyakit THT, Edisi 6. EGC : Jakarta.
Budisantoso, A (2009). www. com/index.php/option diakses 4 April 2009.
Charlene J.R, dkk. (2001), Keperawatan Medikal Bedah. Buku I. Salemba Medika, Jakarta.
Smeltzer, Susanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah Brunner & Suddart, Edisi
8, EGC : Jakarta.
Soeparti, E.A (2001). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga – Hidung – Tenggorokan Kepala Leher,
Gaya Baru : Jakarta.